Sekalung Budi Seuntai Bahasa.
Sirih berlipat sirih pinang,
Sirih dari Pulau Mutiara,
Pemanis kata selamat datang,
Awal bismillah pembuka bicara.
Tetak buluh panjang sepuluh,
Mari jolok sarang penyengat,
Angkat tangan jari sepuluh,
Doa diminta biar selamat.
Anak haruan lima-lima,
Mati ditimpa punggur berdaun,
Budi tuan kami terima,
Jadi kenangan bertahun-tahun.
Ada padi adalah beras,
Bertanak nasi periuk tembaga,
Ada budi adalah balas,
Orang berbudi kita berbahasa.
Akar keladi melilit selasih,
Selasih tumbuh di hujung taman,
Kalungan budi junjungan kasih,
Mesra kenangan sepanjang zaman.
Asam kandis mari dihiris,
Manis sekali rasa isinya,
Dilihat manis dipandang manis,
Lebih manis hati budinya.
Anak beruk di tepi pantai,
Pandai melompat pandai berlari,
Biar buruk kain dipakai,
Asal hidup pandai berbudi.
Ayam hutan terbang ke hutan,
Tali tersangkut pagar berduri,
Adik bukan saudara bukan,
Hati terpaut kerana budi.
Anak negeri mencari tuba,
Tuba dicari di Tanjung Jati,
Di dalam hati tidak kan lupa,
Bagai rambut bersimpul mati.
Ayam rintik di pinggir hutan,
Nampak dari tepi telaga,
Nama yang baik jadi ingatan,
Seribu tahun terkenang juga.
Bila memandang ke muka laut,
Nampak sampan mudik ke hulu,
Bila terkenang mulut menyebut,
Budi yang baik diingat selalu.
Dari Daik pulang ke Daik,
Sehari-hari berkebun pisang,
Budi baik dibalas baik,
Dalam hati dikenang orang.
Gunung Bentan gilang-gemilang,
Air laut tenang-tenangan,
Budi sedikit tidak kan hilang,
Itu menjadi kenang-kenangan.
Hendak memetik daun palas,
Buat isi buah berangan,
Berbudi bukan minta dibalas,
Hanya untuk kenang-kenangan.
Tanam lenggundi tumbuh kelapa,
Terbit bunga pucuknya mati,
Budi tuan saya tak lupa,
Sudah terpaku di dalam hati.
Tingkap papan kayu bersegi,
Sampan sakat di Pulau Angsa,
Indah tampan kerana budi,
Tinggi bangsa kerana bahasa.
Yang kurik itu kundi,
Yang merah itu saga,
Yang baik itu budi,
Yang indah itu bahasa.
No comments:
Post a Comment